Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses islamisai PAPUA MALUKU NUSATENGGARA | pelajaran sejarah indonesia kelas 10

Tentang PAPUA, MALUKU DAN NUSATENGGARA I proses islamisasi uraiannya.
Pelajaran sejarah indonesia kelas 10


Berikut Putera chaniago sharing tentang proses islamisasi di papua, malukudan nusatenggara
Dan perkembangan kerajaan serta kerja sama dalam penyebaran islam,
Tentang sultan ternate..
ini topik yang akan dibahas

1.Kapan dan bagaimana proses masuknya islam di maluku ?
2. Kerjaan ternate dan tidore itu aslinya bersahabat dan terus berkembang tetapi kemudian terjadi konflik, mengapa demikian ?
3. Bagaimana proses masuknya islam ke papua menurut sumber lisan seperti dituturkan oleh raja rumbati ?
4. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kesultanan bacan
5. Bagaimana proses islamisasi di nusa tenggara ?
6. bagaimana perkembangan kerajaan selaparang dan kaitannya dengan kerajaan goa?

1.Kapan dan bagaimana proses masuknya islam di maluku ?

Maluku sebagai daerah kepulauan merupakan daerah yang subur terkenal sebagai penghasil rempah terbesar. Untuk itu sebagai dampaknya banyak pedagangpedagang yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Di antara pedagang-pedagang tersebut terdapat pedagang-pedagang yang sudah memeluk Islam sehingga secara tidak langsung Islam masuk ke Maluku melalui perdagangan dan selanjutnya Islam disebarkan oleh para mubaligh salah satunya dari Jawa.
usaha-usaha Portugis dalam rangka menguasai perdagangan di Maluku.
-Portugis melaksanakan politik adu domba antara Ternate dan Tidore.
-Portugis mendirikan benteng di Maluku (menanamkan kekuasaannya di Maluku).
-Portugis melakukan monopoli perdagangan di Maluku.
akibat dari perjanjian Saragosa bagi rakyat Maluku!
-Maluku dikuasai oleh Portugis.
-Perdagangan Maluku dimonopoli oleh Portugis.
-Rakyat Maluku mengalami kesengsaraan.
-Rakyat Maluku mengangkat senjata melawan Portugis
Islam Maluku sebagai suatu Fenomena Kultural


Bentuk dan motivasi masuknya Islam ke Maluku tidak bisa dibicarakan lepas dari bentangan perjalanannya dari Malaka dan Jawa. Mengambil titik berangkat dari situ, berarti kita diajak untuk melihat metode-metode dasar yang dipakai para khalifah, yakni melalui tindakan ekonomi (perdagangan). Tetapi kemudian bagaimana mereka berhasil mengadaptasi diri di dalam masyarakat, dan membangun komunikasi dengan para pemimpin lokal di suatu wilayah (aspek politik), serta juga menggunakan mekanisme-mekanisme kebudayaan sebagai cara mengadaptasi diri secara efektif (aspek kebudayaan).
Setidaknya, dari sisi metode kebudayaan, setiap jejak yang ditinggalkan Islam di satu daerah juga meninggalkan bukti bahwa Islam sangat intens berdialog dengan kebudayaan masyarakat setempat. Contoh paling sederhana adalah ketika ada peninggalan mesjid-mesjid yang khas Jawa, Banten, atau juga mesjid-mesjid yang khas Maluku (seperti Mesjid Wapauwe di Hila). Titik berangkat itu yang membuat pertemuan Islam dengan Kerajaan Ternate berlangsung tanpa masalah yang berarti. Kerangka kebudayaan orang-orang Ternate malah dijadikan sebagai batu loncatan dalam melebarkan ajaran-ajaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Para ulama lokal, malah nekat bertandang ke Gresik dan Tuban untuk memperdalam ilmu Islam, dan kembali menyebar Islam di negerinya itu.
Pendekatan yang sama pun digunakan ketika Islam mulai masuk ke Ambon, melalui Hitu. Dialog yang intens dengan kebudayaan kembali terjadi di situ. Dan itu merupakan bukti bahwa perdagangan atau aspek ekonomi hanya menjadi instrumen yang mendorong Islam bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi 

kebudayaan menjadi instrumen yang membangun rasa keislaman yang tinggi di dalam hidup masyarakat.
 a. Islam Maluku: Politik Damai
Ketika Islam masuk ke Indonesia kekuatan koloni Eropa belum bergerak, atau dominasi perdagangan rempah-rempah masih dipegang oleh pedagang Cina dan Arab. Ketika masuk ke Indonesia, Islam merajai jalur-jalur perdagangan yang penting seperti: pesisir Sumatera di selat Malaka, semenanjung Malaya, pesisir utara Jawa, Brunei, Sulu dan Maluku. Jalur perdagangan kayu cendana di Timor dan Islam masih tetap menjadi wilayah non-Islam, dan kurang diminati pada pedagang Islam.
Walau begitu, ketegangan di kerajaan-kerajaan lokal di Maluku, seperti di Ternate tidak bisa diabaikan sebagai bagian dari fakta sejarah ketika Islam berjumpa dengan masyarakat di sana. Tetapi satu hal yang menarik adalah Islam Maluku yang terbentuk dari Ternate itu kemudian meluas ke pulau Ambon, dan terbentuk suatu Pan-Islami, yang terus berkembang ke daerah Lease. Seiring dengan itu, kerajaan Iha di Saparua menjadi simbol kekuatan Islam baru di Maluku Tengah, selain Hitu.
Islamisasi Ternate, Hitu, Lease sebenarnya berlangsung secara wajar karena kekuatan perdagangan Islam mulai terbentuk di kawasan itu. Paramitha Abdoerachman mengatakan Hitu menjadi penting karena banyak pedagang mendapat pasokan air tawar dari situ. Fakta ini pun sebenarnya sama dengan ketika Banda menjadi bandar Islam yang cukup penting, karena pasokan ikan yang enak kepada para pedagang.
Politik damai itu melahirkan simpati kelompok lokal yang semula memeluk agama asli (agama suku) menjadi penganut Islam yang rajin. Bahkan hal itu pun terlihat ketika negeri-negeri Hatuhaha Amarima kemudian menjadi pusat kemashyuran Islam tertua di Lease. Untuk yang satu ini memang perlu penelitian lebih mendalam, sebab Islam Hatuhaha Amarima memiliki tatanan ritus Islami yang khas dan kontekstual, seperti ritus Puasa dan Haji.

 b. Islam Maluku: Adaptasi Bahasa
Islam Maluku adalah suatu sintesa rampat mengenai bagaimana agama masuk melalui cara membahasa orang setempat. Maka dari itu Islam di Maluku disebut sebagai suatu gerakan agama yang khas.
Di Maluku kita akan menemui bagaimana orang-orang Islam Tulehu, Liang, Tial, Hila, Latu, Kasieh, Lisabata, Pelauw, Ori, Kailolo, Iha, menggunakan bahasa ibu mereka dalam komunikasi sesehari. Bahasa Arab menjadi bahasa agama yang digunakan dalam upacara sakral agama, tetapi kesehariannya menggunakan bahasa setempat. Fenomena ini tidak lagi ditemui pada negeri-negeri Kristen, kecuali di Maluku Tenggara, tetapi juga sudah mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya.
Pada sisi ini, Islam Maluku adalah suatu hasil adaptasi kebudayaan yang sangat penting. Dalam adaptasi itu bagaimana struktur bahasa setempat dijadikan sebagai mekanisme penyebaran ajaran agama, dan ditempatkan sebagai unsur yang penting.
Hal ini yang membuat corak kultural di dalam Islam begitu kuat, karena itu agamanya menjadi gampang diterima dan dipandang sebagai agama yang “membawa damai”. Unsur kedamaian yang dirasakan itu adalah ketika masyarakat tetap berkomunikasi dengan bahasanya, sehingga mereka tidak merasa teralienasi dari kelompok besar.
Memang dalam menentukan corak kultural kepada Islam Maluku kita perlu mempertimbangkan kembali beberapa hal seperti, sejauhmana Islam Maluku itu memanfaatkan ritus-ritus adat sebagai suatu bentuk kontekstualisasinya. Oleh karena itu adaptasi Islam Maluku ke dalam bahasa setempat memperlihatkan suatu corak beragama yang unik

c. Refleksi
Agama memiliki ruang guna yang efektif jika agama itu dimengerti sebagai produk kebudayaan masyarakat setempat, dan akan semakin efektif jika dibangun dalam fondasi-fondasi kontekstual, suatu usaha menjadikan dirinya bagian yang co-inside dengan masyarakat pemeluknya.
“Islam Maluku” kiranya dipahami sebagai suatu produk kebudayaan yang pernah dihasilkan dalam sejarah agama di Maluku. Ia memiliki kaitan yang kuat dengan latar budaya masyarakat. Suatu hal yang perlu didekonstruksi untuk mere-rekonstruksi suatu tipikal Islam yang relevan bagi orang Maluku. Tipikal kekristenan yang inklusif dan kultural.
“Islam Maluku” dalam sisi tertentu memperlihatkan perlunya usaha translasi ajaran Islam ke dalam kehidupan masyarakat Maluku. Sebuah usaha hermeneutis yang sedapat-dapatnya mendorong pemahaman dan pengertian bersama mengenai hakekat ketuhanan dan hakekat kemanusiaan orang-orang Maluku.
Ketuhanan yang universal. Oleh sebab itu identitas-identitas budaya mengenai Tuhan dalam pandangan budaya orang Ambon, seperti konsep Upu [Maluku Tengah], Oplastalah [Buru], atau Duad [Maluku Tenggara-Kei], Up Ler dan Ratu [Tanimbar], adalah media kebudayaan yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan Tuhan itu sendiri. Selama ini konsep theistik ini disalahpahamkan. Kita menuduh realitas ketuhanan itu sebagai yang dimengerti dalam konsep “Nenek Moyang”. Suatu sikap prejudice yang muncul sebagai kenaifan dalam memahami totalitas worldview orang Maluku

Ringkasan Singkat Sejarah Masuknya Islam di Maluku Utara
Masjid – masjid bersejarah di Indonesia Timur tidak lepas dari sejarah panjang kerajaan – kerajaan Islam di Maluku Utara yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan penyebaran agama Islam pada abad 12 hingga abad 19. Kerajaan – kerajaan Islam ini dikenal pula sebagai Moloku Kie Raha, yang artinya empat raja – raja gunung diatas pulau. Yang terdiri dari Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan.
Sebelum memeluk Islam, keempatnya telah menjadi "kolano" (setingkat dengan kerajaan) serta memiliki kedudukan dan peran tersendiri dalam perdagangan jarak jauh. Kedatangan pengaruh Islam di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku, berkaitan dengan jalur pelayaran, khususnya pelayaran niaga, dengan rempah-rempah sebagai kata kuncinya. Inilah titik di mana pada akhirnya beberapa aspek juga berpengaruh di kawasan ini: sosial, budaya, agama, bahasa, ekonomi, bahkan politik dan militer. Terang saja karena para pedagang pada waktu itu berasal dari berbagai bangsa.
Sejak berubah dari "kolano" menjadi kesultanan pada sekitar abad 17, keempatnya secara politis berusaha mengembangkan pengaruhnya ke berbagai tempat, khususnya ke arah timur dan selatan. Tidore, antara lain dapat memasukkan pantai barat Papua ke dalam wilayahnya. Ternate berhasil meluaskan pengaruh dan wilayahnya hingga sebagian Sulawesi, sebagian Papua, Ambon, Lease, Seram, Buru, dan Banda. Sementara itu, Bacan "gagal" meluaskan pengaruhnya, namun tetap eksis sebagai kesultanan yang mandiri. Lain halnya dengan Jailolo yang bergabung dengan Ternate dan Tidore.
Akibat dinamika politik dan militer dalam perluasan wilayah tersebut, berbuntut pada retaknya "moloku kie raha." Berbagai perang antara mereka sering terjadi, termasuk perang dagang. Hal ini diperparah oleh pengaruh Barat, khususnya Belanda, dengan segala sistem ekonomi dan militernya. Silih berganti Belanda memihak, dan silih berganti mendapat berbagai keuntungan dari pihak yang "dibelanya," baik secara politik maupun ekonomi.
Kesultanan Ternate merupakan kerajaan Islam yang menerapkan demokrasi terpimpin. Kepala negara tetap seorang Sultan, namun dalam pemerintahan, dipimpin oleh Jogugu, diistilahkan sebagai Perdana Menteri. Seorang Putra Mahkota tidak harus merupakan putra sulung Sultan. Berdasarkan kecakapan, kapasitas, dan gaya kepemimpinan, maka diantara putra – putra Sultan Ternate diseleksi oleh Jogugu dan Tuan Guru (penasehat spiritual Sultan yang bertindak pula sebagai Imam Besar Masjid Raya Sultan Ternate) untuk menjadi Putra Mahkota.
Kesultanan Ternate mengurusi perkara agama yang ditangani oleh Jou Kalim dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Akhirat. Sedangkan perkara budaya ditangani oleh Kimalaha dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Dunia

KESIMPULAN DAN PENUTUP
Islam di Maluku berawal dari para pedagang – pedagang yang datang di malukununtuk membeli rempah-rempah. Kemudian dari pedagang – pedagang  itu terdapat yang sudah memeluk islam sehingga secara tidak langsung Islam masuk di Maluku. Bearti islam masuk di maluku itu lewat dari jalur perdagangan. dan selanjutnya Islam disebarkan oleh para mubaligh salah satunya dari Jawa.
cara pendekatan  terhadap masyarakat Maluku dalam penyebaran Islam pada waktu itum ialah dengan membangun komunikasi dengan para pemimpin lokal di suatu wilayah (aspek politik), serta juga menggunakan mekanisme-mekanisme kebudayaan sebagai cara mengadaptasi diri secara efektif (aspek kebudayaan).dan kemudian dengan cara politik damai yang melahirkan simpati kelompok lokal yang semula memeluk agama asli (agama suku) menjadi penganut Islam yang rajin. Bahkan hal itu pun terlihat ketika negeri-negeri Hatuhaha Amarima kemudian menjadi pusat kemashyuran Islam tertua di Lease. Untuk yang satu ini memang perlu penelitian lebih mendalam, sebab Islam Hatuhaha Amarima memiliki tatanan ritus Islami yang khas dan kontekstual, seperti ritus Puasa dan Haji.
 Pada sisi yang lain, Islam Maluku adalah suatu hasil adaptasi kebudayaan yang sangat penting. Dalam adaptasi itu bagaimana struktur bahasa setempat dijadikan sebagai mekanisme penyebaran ajaran agama, dan ditempatkan sebagai unsur yang penting. Oleh karena itu corak kultural di dalam Islam begitu kuat, karena itu agamanya menjadi gampang diterima dan dipandang sebagai agama yang “membawa damai”. Unsur kedamaian yang dirasakan itu adalah ketika masyarakat tetap berkomunikasi dengan bahasanya, sehingga mereka tidak merasa teralienasi dari kelompok besar.
kerajaan – kerajaan Islam di Maluku Utara yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan penyebaran agama Islam pada abad 12 hingga abad 19. Kerajaan – kerajaan Islam ini dikenal pula sebagai Moloku Kie Raha, yang artinya empat raja – raja gunung diatas pulau. Yang terdiri dari Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan. Sebelum memeluk Islam, keempatnya telah menjadi "kolano" (setingkat dengan kerajaan) serta memiliki kedudukan dan peran tersendiri dalam perdagangan jarak jauh. Kedatangan pengaruh Islam di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku, berkaitan dengan jalur pelayaran, khususnya pelayaran niaga, dengan rempah-rempah sebagai kata kuncinya. Inilah titik di mana pada akhirnya beberapa aspek juga berpengaruh di kawasan ini: sosial, budaya, agama, bahasa, ekonomi, bahkan politik dan militer. Terang saja karena para pedagang pada waktu itu berasal dari berbagai bangsa.
Demikian makalah yang kami buat semoga menambah pengetahuan bagi pembaca.

2. Kerjaan ternate dan tidore itu aslinya bersahabat dan terus berkembang tetapi kemudian terjadi konflik, mengapa demikian ?
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.
Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Tidore.
Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut  Portugis , benteng tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah seorang yang menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun. Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas Ternate.
Ketidak setujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1570.
Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate.
Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun 1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku, Sulawesi, Papua, Mindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.
Itulah yang menyebabkan perselisihan antara tidore dan ternate

3. Bagaimana proses masuknya islam ke papua menurut sumber lisan seperti dituturkan oleh raja rumbati ?
Berdasarkan sumber tradisi lisan dari keturunan raja-raja di raja ampat sorong, fakfak, dan teluk bintuni manukwari, islam sudah lebih awal dtang kedaerah ini, ada beberapa pendapat mengenai kedatangan islm di papua, pertama, islam datang dipapua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubalik asal aceh , abdul ghafar, pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu raja rumpati ke 16 (muhammad sidiq bauw) dan raja rumbati ke 17 ( H. Ismail samali bauw).

4. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kesultanan bacan
Bacan,arti harfiahnya adalah:(mem-) baca.  Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.
Sultan Ternate yaitu Sultan Musaffar Syah menyatakan bahwa makna dari“ bacan” atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadipengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi SultanBacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik. Bacan dalam
beberapa manuskrip sejarah sering juga ditulis sebagai Bachian, Bachanatau Batjan; dan diduga sudah eksis sejak tahun 1322. Kesultanan Bacan berpusat di Pulau Bacan. Wilayah Kesultanan Bacan pada saat jayanya cukup luas, yaitu dari Maluku hingga ke wilayah Papua.Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain berada di bawah administrasi pemerintahan Kesultanan Bacan pada masa jayanya.
Pengaruh bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali oleh Portugis yang kemudian membangun benteng pada tahun1 558. Bernevald Fort adalah benteng Portugis yang masih utuh berdiri di Pulau Bacan sampai sekarang. Pada tahun16 09 benteng ini diambil alih oleh VOC
yang menandai awal penguasaan Hindia Belanda di Pulau Bacan. Pada tahun1 889 sistemmo narki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda.
Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkeh dan  paladi Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera.
Peninggalan Kesultanan Bacan
Masjid Kesultanan Bacan
Masjid ini berlokasi di desa Amasing-Bacan, masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 masehi diatas lahan seluas 6.020 Meter persegi dengan ukuran bangunan masjid 29,9 x 24 Meter. Arsitektur pembangunan masjid ialah arsitek dari Jerman bernama Cronik Van Hendrik yang pada masa pemerintahan sultan Muhammad Sadek. Tinggi Bangunan masjid dari dasar pondasi sampai ujung kubah ialah 12,850 Meter dan terdapat satu pintu gerbang dengan 17 pintu masuk keruang masjid. Di bagian dalam terdapat 4 buah tiang Kabbah, satu buah mimbar, 1 kamar tempat sholat Sultan disebelah kanan mimbar Utama. Konstruksi bangunan menggunakan baha dasar kayu, batu, Pasir, dan kapur. Pada bagian depan masjid terdapat bangunan balai pertemuan yang dipergunakan oleh para baboto negeri untuk memebahas permasalahan peribadatan dan kemasyarakatan. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1960 masehi masa pemerintahan Sultan Usman Syah, dengan melakukan penggantian atap sirap ke atap seng dan membangun lima buah corong pada dasar kubah untuk menyebarkan kumandang azan. Tahun 2001 masa pemerintahan Sultan Gahral Syah, dilakukan perluasan bangunan mencapai ukuran 12,45 x 24,15 meter. Pengurus masjid ini seluruhnya berjumlah 45 orang dengan dipimpin oleh 1 orang Qodhi dan 4 Imam. Setiap imam masing-masing membawahi 2 Khatib dan Muadzin. 
Memang ada berbagai versi tentang kapan berdirinya dan lain halnya yang tidak saya mengerti . Silahkan anda cari dari sumber lainnya atau mau datang langsung ke pulau bacan , pulau yang indah nan eksotis tempat saya di besarkan .
Nun incana gunung sibela 
Nun incana kali mandaong 
Di situ tampana mama nag papaku
situ tampana dangang lara ...
 lanjutanya ku sudah lupa ...
5. Bagaimana proses islamisasi di nusa tenggara 
 Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam turut berlayar pula ke Nusa Tenggara. Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.Dengan data dan perjalanan Islam di atas, sesungguhnya bisa ditarik kesimpula, bahwa Indonesia adalah negeri Islam. Bahkan, lebih jauh lagi, jika dikaitkan dengan peran Islam di berbagai kerajaan tersebut di atas, Indonesia telah memiliki cikal bakal atau embrio untuk membangun dan menjadi sebuah negara Islam.

6. bagaimana perkembangan kerajaan selaparang dan kaitannya dengan kerajaan goa?
Menjelang akan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur runtuh, di Lombok ada kerajaan- kerajaan kecil seperti : kerajaan Selaparang, kerajaan Lombok, Langko, Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang. Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali tahun 1343M diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan Selaparang.
 Setelah ditaklukkan, Gajah Mada datang ke Selaparang yang sebelumnya dikenal dengan nama Selapawis. Sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi Selapawis berarti batu yang ditaklukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti tentang pernah datangnya Patih Gajah Mada di Lombok meskipun Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri akan tetapi masih bernaung di bawah Kerajaan Majapahit (Lalu Wacana 1977). Kedatangan Gajah Mada ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah Pinan.
Sejak kehancuran Selaparang Hindu, di Pulau Lombok timbul kerajaan-kerajaan kecil. Salah satu diantaranya adalah kerajaan Mumbul yang berpusat di Labuhan Lombok. Rajanya bernama “Demung Mumbul atau Batara Mumbul bergelar Prabu Turunan” Prabu Turunan adalah adik dari Pangeran Kaesari, keturunan dari Tunggul Ametung di Jawa. Demung Mumbul diperkirakan datang ke Lombok pada akhir abad XIII atau awal abad XIV sewaktu di Jawa terjadi pergolakan di Kerajaan Majapahit. Demung Mumbul mendirikan kota di teluk Labuan Lombok bersama para pengiringnya dan dimakamkan di sebuah bukit (sekarang Gunung Kayangan).
Setelah mangkatnya Demung Mumbul maka naiklah puteranya yang bernama Pangeran Indrajaya. (Lalu Wacana, 1997). Di kerajaan Lombok terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Demung Brangbantuh karena menuntut balas atas kematin adiknya Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan. Atas nasehat Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda kerajaan Mumbul (Labuan Lombok) dipindahkan ke Selaparang pada saat itu sedang berlangsung pemerintahan Sunan Dalem yang memerintah tahun 1505 -1545 Masehi.
Pemindahan pusat kerajaan ke Selaparang dengan alasan : Tingkat keamanan yang lebih tinggi dari serangan musuh karena terletak di dataran yang tinggi sehingga mudah untuk mengamati kapal yang datang dari sebelah utara maupun sebelah barat, baik itu kapal para pedagang maupun kapal musuh yang akan menyerang ke Selaparang.
Silsilah Raja-Raja Selaparang
Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam di Lombok. Prabu Anom mempunyai anak bernama Raden Mas Panji. Raden Mas Panji Tilar Negara diseberangkan ke Alas-Sumbawa. (Tawalinuddin Haris, HS., 2002,). Dari sumber Makasar (Kronik Goa dan Tallo) menyebutkan bahwa Seorang anak laki-laki Raja Selaparang ”Mas Pamayan” menjadi Raja di Sumbawa yang dilantik pada tanggal 30 Nopember 1648 M.
A.   Daerah Kekuasaan Kerajaan Selaparang
Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Lombok seperti Kerajaan Selaparang, Langko, Pejanggik, Sokong dan Bayan dan beberapa desa kecil seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Dalam babad Lombok disebutkan batas-batas wilayah kekuasaan meliputi :
Sebelah Utara berbatasan dengan Sokong dan Bayan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kokok Belimbing
Sebelah Barat berbatasan dengan Tegal Sampopo ke arah utar sampai Denek Mingkar (Sebelah barat daerah ini ditemukan Sari Kuning)
Batas Timur tidak disebutkan….?
Dengan demikian wilayah Selaparang pada waktu itu meliputi sebagian besar Lombok Timur. Disebutkan pula bahwa Lombok dan Sumbawa ada di bawah kekuasaan seorang Raja di Lombok.
B.   Hubungan Kerajaan Selaparang dengan Kerajaan Lainnya
Kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Sokong, Bayan, Langko, Kedaro, Parwa, Sarwadadi, dan Pejanggik mengakui Selaparang sebagai induk atau kakaknya. Hubungan di antara mereka penuh dengan persaudaraan, hidup rukun dan damai, tak ada gesekan sehingga mereka tidak membutuhkan tentara reguler yang dipersenjatai, apabila situasi membutuhkan pertahanan, Rakyat siap bangkit membela negara. Pejabat yang mengurusi masalah pertahanan dan keamanan disebut Dipati. Dengan demikian, persekutuan masyarakat hukum yang tertinggi di Lombok telah ada sejak tahun 1543 M.
Sebagai kerajaan yang kuat, Selaparang melakukan hubungan dengan kerajaan di Kalimantan. Hikayat Banjarmasin, menyebutkan ”seorang bangsawan Banjar bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang mengawini seorang putri raja. Dari perkawinan tersebut terlahir  Raden Mataram,  setelah istrinya meninggal, Raden Subangsa kawin lagi dengan Putri Selaparang di Sumbawa dan melahirkan Raden Banten.
Selanjutnya tahun 1618 M kerajaan Goa menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat kemudian dipersatukan dengan kerajaan Selaparang. Keberhasilan Goa merebut Lombok dari Bali pada tahun 1640 M, maka proses Islamisasi semakin mantap. Dalam usaha mengembangkan pengaruhnya di Lombok, masing-masing kerajaan meningkatkan hubungan melalui perkawinan antara kedua belah pihak (kerajaan Selaparang dan kerajaan Gowa). Hal ini dapat diketahui dari nama-nama gelar seperti pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, Pemban Parwa sedangkan kerajaan kecil lainnya yang bersifat otonom  rajanya disebut Datu seperti Datu Bayan, Langko, Sokong, Kuripan, Pujut dan lain-lainnya.

Itulah uraian tentang proses islamisasi di papua nusatenggara dan maluku yang bisa Putera chaniago berikan kepada teman-teman semua,
Semoga bermanfaat..
Imuel Official
Imuel Official Hai, saya Imuel saya berasal dari SUMBAR dan saat ini saya bekerja sebagai penulis Blog dan web. Saya senang menulis dan berbagi ilmu, Blogging adalah hobi saya. Jika ada pertanyaan silahkan sampaikan dikomentar.

Posting Komentar untuk "Proses islamisai PAPUA MALUKU NUSATENGGARA | pelajaran sejarah indonesia kelas 10"