Proses islamisai PAPUA MALUKU NUSATENGGARA | pelajaran sejarah indonesia kelas 10
Tentang
PAPUA, MALUKU DAN NUSATENGGARA I proses islamisasi uraiannya.
Pelajaran
sejarah indonesia kelas 10
Dan
perkembangan kerajaan serta kerja sama dalam penyebaran islam,
Tentang
sultan ternate..
ini topik yang akan dibahas
1.Kapan dan bagaimana proses masuknya islam di maluku ?
ini topik yang akan dibahas
1.Kapan dan bagaimana proses masuknya islam di maluku ?
2. Kerjaan ternate dan tidore itu aslinya bersahabat dan terus berkembang
tetapi kemudian terjadi konflik, mengapa demikian ?
3. Bagaimana proses masuknya islam ke papua menurut sumber lisan seperti dituturkan oleh raja rumbati ?
4. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kesultanan bacan
5. Bagaimana proses islamisasi di nusa tenggara ?
3. Bagaimana proses masuknya islam ke papua menurut sumber lisan seperti dituturkan oleh raja rumbati ?
4. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kesultanan bacan
5. Bagaimana proses islamisasi di nusa tenggara ?
6. bagaimana perkembangan kerajaan selaparang dan
kaitannya dengan kerajaan goa?
1.Kapan
dan bagaimana proses masuknya islam di maluku ?
Maluku sebagai daerah kepulauan merupakan daerah yang subur terkenal sebagai penghasil rempah terbesar. Untuk itu sebagai dampaknya banyak pedagangpedagang yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Di antara pedagang-pedagang tersebut terdapat pedagang-pedagang yang sudah memeluk Islam sehingga secara tidak langsung Islam masuk ke Maluku melalui perdagangan dan selanjutnya Islam disebarkan oleh para mubaligh salah satunya dari Jawa.
usaha-usaha
Portugis dalam rangka menguasai perdagangan di Maluku.
-Portugis
mendirikan benteng di Maluku (menanamkan kekuasaannya di Maluku).
-Portugis
melakukan monopoli perdagangan di Maluku.
akibat
dari perjanjian Saragosa bagi rakyat Maluku!
-Maluku
dikuasai oleh Portugis.
-Perdagangan
Maluku dimonopoli oleh Portugis.
-Rakyat
Maluku mengalami kesengsaraan.
-Rakyat
Maluku mengangkat senjata melawan Portugis
Islam Maluku sebagai suatu
Fenomena Kultural
Bentuk dan motivasi masuknya Islam ke Maluku tidak bisa dibicarakan lepas dari bentangan perjalanannya dari Malaka dan Jawa. Mengambil titik berangkat dari situ, berarti kita diajak untuk melihat metode-metode dasar yang dipakai para khalifah, yakni melalui tindakan ekonomi (perdagangan). Tetapi kemudian bagaimana mereka berhasil mengadaptasi diri di dalam masyarakat, dan membangun komunikasi dengan para pemimpin lokal di suatu wilayah (aspek politik), serta juga menggunakan mekanisme-mekanisme kebudayaan sebagai cara mengadaptasi diri secara efektif (aspek kebudayaan).
Setidaknya,
dari sisi metode kebudayaan, setiap jejak yang ditinggalkan Islam di satu
daerah juga meninggalkan bukti bahwa Islam sangat intens berdialog dengan
kebudayaan masyarakat setempat. Contoh paling sederhana adalah ketika ada
peninggalan mesjid-mesjid yang khas Jawa, Banten, atau juga mesjid-mesjid yang
khas Maluku (seperti Mesjid Wapauwe di Hila). Titik berangkat itu yang membuat pertemuan
Islam dengan Kerajaan Ternate berlangsung tanpa masalah yang berarti. Kerangka
kebudayaan orang-orang Ternate malah dijadikan sebagai batu loncatan dalam
melebarkan ajaran-ajaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Para ulama lokal,
malah nekat bertandang ke Gresik dan Tuban untuk memperdalam ilmu Islam, dan
kembali menyebar Islam di negerinya itu.
Pendekatan
yang sama pun digunakan ketika Islam mulai masuk ke Ambon, melalui Hitu. Dialog
yang intens dengan kebudayaan kembali terjadi di situ. Dan itu merupakan bukti
bahwa perdagangan atau aspek ekonomi hanya menjadi instrumen yang mendorong
Islam bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi
kebudayaan menjadi instrumen yang membangun rasa keislaman yang tinggi di dalam hidup masyarakat.
kebudayaan menjadi instrumen yang membangun rasa keislaman yang tinggi di dalam hidup masyarakat.
a. Islam Maluku: Politik Damai
Ketika
Islam masuk ke Indonesia kekuatan koloni Eropa belum bergerak, atau dominasi
perdagangan rempah-rempah masih dipegang oleh pedagang Cina dan Arab. Ketika
masuk ke Indonesia, Islam merajai jalur-jalur perdagangan yang penting seperti:
pesisir Sumatera di selat Malaka, semenanjung Malaya, pesisir utara Jawa,
Brunei, Sulu dan Maluku. Jalur perdagangan kayu cendana di Timor dan Islam
masih tetap menjadi wilayah non-Islam, dan kurang diminati pada pedagang Islam.
Walau
begitu, ketegangan di kerajaan-kerajaan lokal di Maluku, seperti di Ternate
tidak bisa diabaikan sebagai bagian dari fakta sejarah ketika Islam berjumpa
dengan masyarakat di sana. Tetapi satu hal yang menarik adalah Islam Maluku
yang terbentuk dari Ternate itu kemudian meluas ke pulau Ambon, dan terbentuk
suatu Pan-Islami, yang terus berkembang ke daerah Lease. Seiring dengan itu,
kerajaan Iha di Saparua menjadi simbol kekuatan Islam baru di Maluku Tengah,
selain Hitu.
Islamisasi
Ternate, Hitu, Lease sebenarnya berlangsung secara wajar karena kekuatan
perdagangan Islam mulai terbentuk di kawasan itu. Paramitha Abdoerachman
mengatakan Hitu menjadi penting karena banyak pedagang mendapat pasokan air
tawar dari situ. Fakta ini pun sebenarnya sama dengan ketika Banda menjadi
bandar Islam yang cukup penting, karena pasokan ikan yang enak kepada para
pedagang.
Politik
damai itu melahirkan simpati kelompok lokal yang semula memeluk agama asli
(agama suku) menjadi penganut Islam yang rajin. Bahkan hal itu pun terlihat
ketika negeri-negeri Hatuhaha Amarima kemudian menjadi pusat kemashyuran Islam
tertua di Lease. Untuk yang satu ini memang perlu penelitian lebih mendalam,
sebab Islam Hatuhaha Amarima memiliki tatanan ritus Islami yang khas dan
kontekstual, seperti ritus Puasa dan Haji.
b. Islam Maluku: Adaptasi Bahasa
Islam
Maluku adalah suatu sintesa rampat mengenai bagaimana agama masuk melalui cara
membahasa orang setempat. Maka dari itu Islam di Maluku disebut sebagai suatu
gerakan agama yang khas.
Di
Maluku kita akan menemui bagaimana orang-orang Islam Tulehu, Liang, Tial, Hila,
Latu, Kasieh, Lisabata, Pelauw, Ori, Kailolo, Iha, menggunakan bahasa ibu
mereka dalam komunikasi sesehari. Bahasa Arab menjadi bahasa agama yang
digunakan dalam upacara sakral agama, tetapi kesehariannya menggunakan bahasa
setempat. Fenomena ini tidak lagi ditemui pada negeri-negeri Kristen, kecuali
di Maluku Tenggara, tetapi juga sudah mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya.
Pada
sisi ini, Islam Maluku adalah suatu hasil adaptasi kebudayaan yang sangat
penting. Dalam adaptasi itu bagaimana struktur bahasa setempat dijadikan
sebagai mekanisme penyebaran ajaran agama, dan ditempatkan sebagai unsur yang
penting.
Hal
ini yang membuat corak kultural di dalam Islam begitu kuat, karena itu agamanya
menjadi gampang diterima dan dipandang sebagai agama yang “membawa damai”.
Unsur kedamaian yang dirasakan itu adalah ketika masyarakat tetap berkomunikasi
dengan bahasanya, sehingga mereka tidak merasa teralienasi dari kelompok besar.
Memang
dalam menentukan corak kultural kepada Islam Maluku kita perlu mempertimbangkan
kembali beberapa hal seperti, sejauhmana Islam Maluku itu memanfaatkan
ritus-ritus adat sebagai suatu bentuk kontekstualisasinya. Oleh karena itu
adaptasi Islam Maluku ke dalam bahasa setempat memperlihatkan suatu corak
beragama yang unik
c. Refleksi
Agama
memiliki ruang guna yang efektif jika agama itu dimengerti sebagai produk
kebudayaan masyarakat setempat, dan akan semakin efektif jika dibangun dalam
fondasi-fondasi kontekstual, suatu usaha menjadikan dirinya bagian yang co-inside
dengan masyarakat pemeluknya.
“Islam
Maluku” kiranya dipahami sebagai suatu produk kebudayaan yang pernah dihasilkan
dalam sejarah agama di Maluku. Ia memiliki kaitan yang kuat dengan latar budaya
masyarakat. Suatu hal yang perlu didekonstruksi untuk mere-rekonstruksi suatu
tipikal Islam yang relevan bagi orang Maluku. Tipikal kekristenan yang inklusif
dan kultural.
“Islam
Maluku” dalam sisi tertentu memperlihatkan perlunya usaha translasi ajaran
Islam ke dalam kehidupan masyarakat Maluku. Sebuah usaha hermeneutis yang
sedapat-dapatnya mendorong pemahaman dan pengertian bersama mengenai hakekat
ketuhanan dan hakekat kemanusiaan orang-orang Maluku.
Ketuhanan
yang universal. Oleh sebab itu identitas-identitas budaya mengenai Tuhan dalam
pandangan budaya orang Ambon, seperti konsep Upu [Maluku Tengah], Oplastalah
[Buru], atau Duad [Maluku Tenggara-Kei], Up Ler dan Ratu [Tanimbar],
adalah media kebudayaan yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan Tuhan itu
sendiri. Selama ini konsep theistik ini disalahpahamkan. Kita menuduh realitas
ketuhanan itu sebagai yang dimengerti dalam konsep “Nenek Moyang”. Suatu sikap prejudice
yang muncul sebagai kenaifan dalam memahami totalitas worldview
orang Maluku
Ringkasan
Singkat Sejarah Masuknya Islam di Maluku Utara
Masjid
– masjid bersejarah di Indonesia Timur tidak lepas dari sejarah panjang
kerajaan – kerajaan Islam di Maluku Utara yang memegang peranan penting dalam
perdagangan dan penyebaran agama Islam pada abad 12 hingga abad 19. Kerajaan –
kerajaan Islam ini dikenal pula sebagai Moloku Kie Raha, yang artinya empat
raja – raja gunung diatas pulau. Yang terdiri dari Kesultanan Ternate,
Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan.
Sebelum
memeluk Islam, keempatnya telah menjadi "kolano" (setingkat dengan
kerajaan) serta memiliki kedudukan dan peran tersendiri dalam perdagangan jarak
jauh. Kedatangan pengaruh Islam di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku,
berkaitan dengan jalur pelayaran, khususnya pelayaran niaga, dengan
rempah-rempah sebagai kata kuncinya. Inilah titik di mana pada akhirnya
beberapa aspek juga berpengaruh di kawasan ini: sosial, budaya, agama, bahasa,
ekonomi, bahkan politik dan militer. Terang saja karena para pedagang pada
waktu itu berasal dari berbagai bangsa.
Sejak
berubah dari "kolano" menjadi kesultanan pada sekitar abad 17,
keempatnya secara politis berusaha mengembangkan pengaruhnya ke berbagai
tempat, khususnya ke arah timur dan selatan. Tidore, antara lain dapat
memasukkan pantai barat Papua ke dalam wilayahnya. Ternate berhasil meluaskan
pengaruh dan wilayahnya hingga sebagian Sulawesi, sebagian Papua, Ambon, Lease,
Seram, Buru, dan Banda. Sementara itu, Bacan "gagal" meluaskan
pengaruhnya, namun tetap eksis sebagai kesultanan yang mandiri. Lain halnya
dengan Jailolo yang bergabung dengan Ternate dan Tidore.
Akibat
dinamika politik dan militer dalam perluasan wilayah tersebut, berbuntut pada
retaknya "moloku kie raha." Berbagai perang antara mereka sering
terjadi, termasuk perang dagang. Hal ini diperparah oleh pengaruh Barat,
khususnya Belanda, dengan segala sistem ekonomi dan militernya. Silih berganti
Belanda memihak, dan silih berganti mendapat berbagai keuntungan dari pihak
yang "dibelanya," baik secara politik maupun ekonomi.
Kesultanan
Ternate merupakan kerajaan Islam yang menerapkan demokrasi terpimpin. Kepala
negara tetap seorang Sultan, namun dalam pemerintahan, dipimpin oleh Jogugu,
diistilahkan sebagai Perdana Menteri. Seorang Putra Mahkota tidak harus
merupakan putra sulung Sultan. Berdasarkan kecakapan, kapasitas, dan gaya
kepemimpinan, maka diantara putra – putra Sultan Ternate diseleksi oleh Jogugu
dan Tuan Guru (penasehat spiritual Sultan yang bertindak pula sebagai Imam
Besar Masjid Raya Sultan Ternate) untuk menjadi Putra Mahkota.
Kesultanan
Ternate mengurusi perkara agama yang ditangani oleh Jou Kalim dan para stafnya,
yang disebut juga sebagai Bobato Akhirat. Sedangkan perkara budaya ditangani
oleh Kimalaha dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Dunia
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
Islam
di Maluku berawal dari para pedagang – pedagang yang datang di malukununtuk
membeli rempah-rempah. Kemudian dari pedagang – pedagang itu terdapat
yang sudah memeluk islam sehingga secara tidak langsung Islam masuk di Maluku.
Bearti islam masuk di maluku itu lewat dari jalur perdagangan. dan selanjutnya
Islam disebarkan oleh para mubaligh salah satunya dari Jawa.
cara
pendekatan terhadap masyarakat Maluku dalam penyebaran Islam pada waktu
itum ialah dengan membangun komunikasi dengan para pemimpin lokal di suatu
wilayah (aspek politik), serta juga menggunakan mekanisme-mekanisme kebudayaan
sebagai cara mengadaptasi diri secara efektif (aspek kebudayaan).dan kemudian
dengan cara politik damai yang melahirkan simpati kelompok lokal yang semula
memeluk agama asli (agama suku) menjadi penganut Islam yang rajin. Bahkan hal
itu pun terlihat ketika negeri-negeri Hatuhaha Amarima kemudian menjadi pusat
kemashyuran Islam tertua di Lease. Untuk yang satu ini memang perlu penelitian
lebih mendalam, sebab Islam Hatuhaha Amarima memiliki tatanan ritus Islami yang
khas dan kontekstual, seperti ritus Puasa dan Haji.
Pada
sisi yang lain, Islam Maluku adalah suatu hasil adaptasi kebudayaan yang sangat
penting. Dalam adaptasi itu bagaimana struktur bahasa setempat dijadikan
sebagai mekanisme penyebaran ajaran agama, dan ditempatkan sebagai unsur yang
penting. Oleh karena itu corak kultural di dalam Islam begitu kuat, karena itu
agamanya menjadi gampang diterima dan dipandang sebagai agama yang “membawa
damai”. Unsur kedamaian yang dirasakan itu adalah ketika masyarakat tetap
berkomunikasi dengan bahasanya, sehingga mereka tidak merasa teralienasi dari
kelompok besar.
kerajaan
– kerajaan Islam di Maluku Utara yang memegang peranan penting dalam
perdagangan dan penyebaran agama Islam pada abad 12 hingga abad 19. Kerajaan –
kerajaan Islam ini dikenal pula sebagai Moloku Kie Raha, yang artinya empat
raja – raja gunung diatas pulau. Yang terdiri dari Kesultanan Ternate,
Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan. Sebelum memeluk
Islam, keempatnya telah menjadi "kolano" (setingkat dengan kerajaan)
serta memiliki kedudukan dan peran tersendiri dalam perdagangan jarak jauh.
Kedatangan pengaruh Islam di Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku,
berkaitan dengan jalur pelayaran, khususnya pelayaran niaga, dengan
rempah-rempah sebagai kata kuncinya. Inilah titik di mana pada akhirnya
beberapa aspek juga berpengaruh di kawasan ini: sosial, budaya, agama, bahasa,
ekonomi, bahkan politik dan militer. Terang saja karena para pedagang pada
waktu itu berasal dari berbagai bangsa.
Demikian
makalah yang kami buat semoga menambah pengetahuan bagi pembaca.
2.
Kerjaan ternate dan tidore itu aslinya bersahabat dan terus berkembang tetapi
kemudian terjadi konflik, mengapa demikian ?
Kerajaan
Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara.
Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian
Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya terkenal di
dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.
Pada
abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat pesat.
Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan
Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa perdagangan terjadilah
persekutuan daerah antara kerajaan. Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli
Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima saudara yang
dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli
Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilan bersaudara
yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau Halmahera dan
pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara
kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini
terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512, bangsa
Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke
Tidore.
Setelah
10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng yang
diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis , benteng tersebut berguna untuk
melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik
Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai Ternate. Pembangunan
Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah seorang yang menantang
kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun. Beliau
berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak ingin perekonomian
dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan pendirian benteng
tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas Ternate.
Ketidak
setujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan, sebaliknya
Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata
niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng
tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal ini terjadi pada
tahun 1570.
Wafatnya
Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin besar. Sultan
Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin perang melawan
Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah Portugis berhasil
dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate.
Bangsa
Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun 1578. Sultan
Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku, Sulawesi, Papua,
Mindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah
mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.
Itulah
yang menyebabkan perselisihan antara tidore dan ternate
3.
Bagaimana proses masuknya islam ke papua menurut sumber lisan seperti
dituturkan oleh raja rumbati ?
Berdasarkan
sumber tradisi lisan dari keturunan raja-raja di raja ampat sorong, fakfak, dan
teluk bintuni manukwari, islam sudah lebih awal dtang kedaerah ini, ada
beberapa pendapat mengenai kedatangan islm di papua, pertama, islam datang
dipapua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubalik asal aceh , abdul ghafar,
pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu
raja rumpati ke 16 (muhammad sidiq bauw) dan raja rumbati ke 17 ( H. Ismail
samali bauw).
4.
Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang kesultanan bacan
Bacan,arti
harfiahnya adalah:(mem-) baca. Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan
yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk
Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada
di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua. Banyak kepala suku di
wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang berada di bawah
administrasi pemerintahan kerajaan Bacan.
Sultan
Ternate yaitu Sultan Musaffar Syah menyatakan bahwa makna dari“
bacan” atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang
dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk
menjadipengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan
fungsi SultanBacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik.
Bacan dalam
beberapa
manuskrip sejarah sering juga ditulis sebagai Bachian, Bachanatau Batjan; dan
diduga sudah eksis sejak tahun 1322. Kesultanan Bacan berpusat di Pulau Bacan.
Wilayah Kesultanan Bacan pada saat jayanya cukup luas, yaitu dari Maluku hingga
ke wilayah Papua.Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa
daerah lain berada di bawah administrasi pemerintahan Kesultanan Bacan pada
masa jayanya.
Pengaruh
bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali oleh Portugis yang kemudian
membangun benteng pada tahun1 558. Bernevald Fort adalah benteng Portugis yang
masih utuh berdiri di Pulau Bacan sampai sekarang. Pada tahun16 09 benteng ini
diambil alih oleh VOC
yang
menandai awal penguasaan Hindia Belanda di Pulau Bacan. Pada tahun1 889
sistemmo narki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di bawah
kontrol Hindia Belanda.
Pulau
Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa
itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi
cengkeh dan paladi Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera.
Peninggalan Kesultanan Bacan
Masjid Kesultanan Bacan
Masjid ini berlokasi di desa Amasing-Bacan, masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 masehi diatas lahan seluas 6.020 Meter persegi dengan ukuran bangunan masjid 29,9 x 24 Meter. Arsitektur pembangunan masjid ialah arsitek dari Jerman bernama Cronik Van Hendrik yang pada masa pemerintahan sultan Muhammad Sadek. Tinggi Bangunan masjid dari dasar pondasi sampai ujung kubah ialah 12,850 Meter dan terdapat satu pintu gerbang dengan 17 pintu masuk keruang masjid. Di bagian dalam terdapat 4 buah tiang Kabbah, satu buah mimbar, 1 kamar tempat sholat Sultan disebelah kanan mimbar Utama. Konstruksi bangunan menggunakan baha dasar kayu, batu, Pasir, dan kapur. Pada bagian depan masjid terdapat bangunan balai pertemuan yang dipergunakan oleh para baboto negeri untuk memebahas permasalahan peribadatan dan kemasyarakatan. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1960 masehi masa pemerintahan Sultan Usman Syah, dengan melakukan penggantian atap sirap ke atap seng dan membangun lima buah corong pada dasar kubah untuk menyebarkan kumandang azan. Tahun 2001 masa pemerintahan Sultan Gahral Syah, dilakukan perluasan bangunan mencapai ukuran 12,45 x 24,15 meter. Pengurus masjid ini seluruhnya berjumlah 45 orang dengan dipimpin oleh 1 orang Qodhi dan 4 Imam. Setiap imam masing-masing membawahi 2 Khatib dan Muadzin.
Memang ada berbagai versi tentang kapan berdirinya dan lain halnya yang tidak saya mengerti . Silahkan anda cari dari sumber lainnya atau mau datang langsung ke pulau bacan , pulau yang indah nan eksotis tempat saya di besarkan .
Nun incana gunung sibela
Nun incana kali mandaong
Di situ tampana mama nag papaku
situ tampana dangang lara ...
lanjutanya ku sudah lupa ...
Peninggalan Kesultanan Bacan
Masjid Kesultanan Bacan
Masjid ini berlokasi di desa Amasing-Bacan, masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 masehi diatas lahan seluas 6.020 Meter persegi dengan ukuran bangunan masjid 29,9 x 24 Meter. Arsitektur pembangunan masjid ialah arsitek dari Jerman bernama Cronik Van Hendrik yang pada masa pemerintahan sultan Muhammad Sadek. Tinggi Bangunan masjid dari dasar pondasi sampai ujung kubah ialah 12,850 Meter dan terdapat satu pintu gerbang dengan 17 pintu masuk keruang masjid. Di bagian dalam terdapat 4 buah tiang Kabbah, satu buah mimbar, 1 kamar tempat sholat Sultan disebelah kanan mimbar Utama. Konstruksi bangunan menggunakan baha dasar kayu, batu, Pasir, dan kapur. Pada bagian depan masjid terdapat bangunan balai pertemuan yang dipergunakan oleh para baboto negeri untuk memebahas permasalahan peribadatan dan kemasyarakatan. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1960 masehi masa pemerintahan Sultan Usman Syah, dengan melakukan penggantian atap sirap ke atap seng dan membangun lima buah corong pada dasar kubah untuk menyebarkan kumandang azan. Tahun 2001 masa pemerintahan Sultan Gahral Syah, dilakukan perluasan bangunan mencapai ukuran 12,45 x 24,15 meter. Pengurus masjid ini seluruhnya berjumlah 45 orang dengan dipimpin oleh 1 orang Qodhi dan 4 Imam. Setiap imam masing-masing membawahi 2 Khatib dan Muadzin.
Memang ada berbagai versi tentang kapan berdirinya dan lain halnya yang tidak saya mengerti . Silahkan anda cari dari sumber lainnya atau mau datang langsung ke pulau bacan , pulau yang indah nan eksotis tempat saya di besarkan .
Nun incana gunung sibela
Nun incana kali mandaong
Di situ tampana mama nag papaku
situ tampana dangang lara ...
lanjutanya ku sudah lupa ...
5.
Bagaimana proses islamisasi di nusa tenggara
Islam
masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. Hubungan
Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam turut berlayar pula ke
Nusa Tenggara. Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam
seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan
makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh
penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke
Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam
di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya
dengan bahasa Bugis.Dengan data dan perjalanan Islam di atas, sesungguhnya bisa
ditarik kesimpula, bahwa Indonesia adalah negeri Islam. Bahkan, lebih jauh
lagi, jika dikaitkan dengan peran Islam di berbagai kerajaan tersebut di atas,
Indonesia telah memiliki cikal bakal atau embrio untuk membangun dan menjadi
sebuah negara Islam.
6.
bagaimana perkembangan kerajaan selaparang dan kaitannya dengan kerajaan goa?
Menjelang
akan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur runtuh, di Lombok ada kerajaan-
kerajaan kecil seperti : kerajaan Selaparang, kerajaan Lombok, Langko,
Pejanggik, Parwa, Sokong dan Bayan Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng,
Kuripan, Kentawang. Ketika Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali
tahun 1343M diteruskan ke Lombok di bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan
Selaparang.
Setelah
ditaklukkan, Gajah Mada datang ke Selaparang yang sebelumnya dikenal dengan
nama Selapawis. Sela berarti batu dan pawis berarti ditaklukan jadi
Selapawis berarti batu yang ditaklukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
beberapa prasasti tentang pernah datangnya Patih Gajah Mada di Lombok meskipun
Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri akan tetapi masih
bernaung di bawah Kerajaan Majapahit (Lalu Wacana 1977). Kedatangan Gajah Mada
ke Lombok ditulis dalam sebuah memori yang disebut Bencangah Pinan.
Sejak
kehancuran Selaparang Hindu, di Pulau Lombok timbul kerajaan-kerajaan kecil.
Salah satu diantaranya adalah kerajaan Mumbul yang berpusat di Labuhan Lombok.
Rajanya bernama “Demung Mumbul atau Batara Mumbul bergelar Prabu Turunan” Prabu
Turunan adalah adik dari Pangeran Kaesari, keturunan dari Tunggul Ametung di
Jawa. Demung Mumbul diperkirakan datang ke Lombok pada akhir abad XIII atau
awal abad XIV sewaktu di Jawa terjadi pergolakan di Kerajaan Majapahit. Demung
Mumbul mendirikan kota di teluk Labuan Lombok bersama para pengiringnya dan
dimakamkan di sebuah bukit (sekarang Gunung Kayangan).
Setelah
mangkatnya Demung Mumbul maka naiklah puteranya yang bernama Pangeran
Indrajaya. (Lalu Wacana, 1997). Di kerajaan Lombok terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Demung Brangbantuh karena menuntut balas atas kematin adiknya
Patih Sandubaya akan tetapi dapat dipatahkan. Atas nasehat Patih Banda Yuda dan
Patih Singa Yuda kerajaan Mumbul (Labuan Lombok) dipindahkan ke Selaparang pada
saat itu sedang berlangsung pemerintahan Sunan Dalem yang memerintah tahun 1505
-1545 Masehi.
Pemindahan
pusat kerajaan ke Selaparang dengan alasan : Tingkat keamanan yang lebih
tinggi dari serangan musuh karena terletak di dataran yang tinggi sehingga
mudah untuk mengamati kapal yang datang dari sebelah utara maupun sebelah
barat, baik itu kapal para pedagang maupun kapal musuh yang akan menyerang ke
Selaparang.
Silsilah
Raja-Raja Selaparang
Setelah
Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom
yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam
di Lombok. Prabu Anom mempunyai anak bernama Raden Mas Panji. Raden Mas Panji
Tilar Negara diseberangkan ke Alas-Sumbawa. (Tawalinuddin Haris, HS., 2002,).
Dari sumber Makasar (Kronik Goa dan Tallo) menyebutkan bahwa Seorang anak
laki-laki Raja Selaparang ”Mas Pamayan” menjadi Raja di Sumbawa yang dilantik
pada tanggal 30 Nopember 1648 M.
A. Daerah Kekuasaan Kerajaan Selaparang
Setelah
runtuhnya Kerajaan Majapahit, kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Lombok seperti
Kerajaan Selaparang, Langko, Pejanggik, Sokong dan Bayan dan beberapa desa
kecil seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, Kentawang merupakan
kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Dalam babad Lombok disebutkan batas-batas
wilayah kekuasaan meliputi :
Sebelah
Utara berbatasan dengan Sokong dan Bayan
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kokok Belimbing
Sebelah
Barat berbatasan dengan Tegal Sampopo ke arah utar sampai Denek Mingkar
(Sebelah barat daerah ini ditemukan Sari Kuning)
Batas
Timur tidak disebutkan….?
Dengan
demikian wilayah Selaparang pada waktu itu meliputi sebagian besar Lombok
Timur. Disebutkan pula bahwa Lombok dan Sumbawa ada di bawah kekuasaan seorang
Raja di Lombok.
B. Hubungan Kerajaan Selaparang dengan Kerajaan
Lainnya
Kerajaan-kerajaan
kecil lainnya seperti Sokong, Bayan, Langko, Kedaro, Parwa, Sarwadadi, dan
Pejanggik mengakui Selaparang sebagai induk atau kakaknya. Hubungan di antara
mereka penuh dengan persaudaraan, hidup rukun dan damai, tak ada gesekan
sehingga mereka tidak membutuhkan tentara reguler yang dipersenjatai, apabila
situasi membutuhkan pertahanan, Rakyat siap bangkit membela negara. Pejabat
yang mengurusi masalah pertahanan dan keamanan disebut Dipati. Dengan demikian,
persekutuan masyarakat hukum yang tertinggi di Lombok telah ada sejak tahun
1543 M.
Sebagai
kerajaan yang kuat, Selaparang melakukan hubungan dengan kerajaan di
Kalimantan. Hikayat Banjarmasin, menyebutkan ”seorang bangsawan Banjar bernama
Raden Subangsa pergi ke Selaparang mengawini seorang putri raja. Dari
perkawinan tersebut terlahir Raden Mataram, setelah istrinya
meninggal, Raden Subangsa kawin lagi dengan Putri Selaparang di Sumbawa dan
melahirkan Raden Banten.
Selanjutnya
tahun 1618 M kerajaan Goa menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat
kemudian dipersatukan dengan kerajaan Selaparang. Keberhasilan Goa merebut
Lombok dari Bali pada tahun 1640 M, maka proses Islamisasi semakin mantap.
Dalam usaha mengembangkan pengaruhnya di Lombok, masing-masing kerajaan meningkatkan
hubungan melalui perkawinan antara kedua belah pihak (kerajaan Selaparang dan
kerajaan Gowa). Hal ini dapat diketahui dari nama-nama gelar seperti pemban
Selaparang, Pemban Pejanggik, Pemban Parwa sedangkan kerajaan kecil lainnya
yang bersifat otonom rajanya disebut Datu seperti Datu Bayan, Langko,
Sokong, Kuripan, Pujut dan lain-lainnya.
Itulah
uraian tentang proses islamisasi di papua nusatenggara dan maluku yang bisa Putera chaniago berikan kepada teman-teman semua,
Semoga
bermanfaat..
Posting Komentar untuk "Proses islamisai PAPUA MALUKU NUSATENGGARA | pelajaran sejarah indonesia kelas 10"
AYO BERI KOMENTAR
Jangan lupa beri komentarnya tentang artikel diatas yah, karena komentar kamu membantu blog ini berkembang dan penulis lebih semangat lagi untuk membagikan artikel lainnya.
Terimakasih
Note: Komentar di moderasi demi menghindari spam